Alhamdulillah, Allah
memberikan kesempatan untuk menuliskan kisah Tiara. Seorang gadis dengan
segudang mimpi untuk ibundanya tercinta. Gadis yang Allah uji dengan kehilangan
dengan orang-orang terkasihnya. Gadis yang harus mencintai dan merindu
tanpa pertemuan.
Hal di atas adalah sedikit gambaran tentang
Tiara. Semoga kisahnya bisa menjadi nasihat dan inspirasi agar tak ada lagi
yang menyia-nyiakan cinta. Sebab cinta memang sebuah kata sederhana namun
memiliki makna yang dalam. Untuk selanjutnya, biarlah Tiara sendiri yang akan
menceritakan kisahnya.
Aku adalah seorang gadis yang lahir di sebuah
kampung yang sederhana, namun bagiku dialah kampung terindah di dunia ini. Di kampung
inilah aku hidup dan memadu kasih dengan keluargaku tercinta.
Aku lahir pada tahun 1992, sehingga aku masih
tergolong anak 90-an. Masa kecilku sebagaimana anak 90-an lainnya. Pada masa
itu aku dan teman-teman belum mengenal gadget,
sehingga permainan kami sangat sederhana tapi menyehatkan loh. ada lompat
karet, Petakumpet, berenang di sungai, dll. Sangat-sangat sederhana dan tidak
butuh mengeluarkan uang sepeser pun tapi menyenangkan.
Aku tumbuh dari sebuah keluarga yang sederhana.
Kalau diingat-ingat kadang tak terasa bulir-bulir bening akan menetes di kedua
pipi saya. Masih sangat teringat jelas di benakku tangisan ibu ketika melihat
ada makanan yang basi karena kondisi ekonomi keluarga. Masih teringat jelas
juga ketika ibu harus meninggalkan saya, kakak, dan nenek ke sebuah kota untuk
mengadu nasib. Meski pun akhirnya ibu harus kembali dengan sebuah kegagalan.
Ketika ditanya siapa orang yang paling
beruntung di dunia ini? Maka akapun akan menjawab “aku”. Benar, aku merasa
orang yang paling beruntung karena karena dilahirkan dari rahim seorang ibu
yang luar biasa. Semoga Allah senantiasa menjaganya. Seorang ibu yang mencintai
tanpa mengeluh, ibu yang tidak pernah meminta apa pun dari anak-anaknya kecuali
kebahagiaan mereka, ibu yang bijak dan penuh kepercayaan kepada anak-anaknya
apa pun jalan yang mereka pilih.
Alhamdulillah, ketika saya duduk di bangku
kelas 2 Sekolah Menengah pertama Allah mulai memberikan hidayahnya kepadaku
melalui perantaraan seorang kakak yang aku pun mendoakannya, semoga Allah senantiasa
memberikannya hidah.
Aku adalah seorang gadis yang bureng sekali. Aku
bukan anak yang cerdas dan cepat paham terhadap suatu pelajaran, terutama ketika
menyangkut ilmu sains. Tapi, aku senantiasa memacu diri untuk belajar agar bisa
mendapatkan peringkat pertama di kelas, dengan harapan peringkat ini bisa
sedikit menjadi hadiah untuk ibuku tercinta.
Itulah
sedikit gambarang tentangku “Tiara”. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakaatuh.
__Bersambung__