Sabtu, 15 Juni 2019

Tentang Tiara

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakaatuh.    
        
Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan untuk menuliskan kisah Tiara. Seorang gadis dengan segudang mimpi untuk ibundanya tercinta. Gadis yang Allah uji dengan kehilangan dengan orang-orang terkasihnya. Gadis yang harus mencintai dan merindu tanpa pertemuan.
Hal di atas adalah sedikit gambaran tentang Tiara. Semoga kisahnya bisa menjadi nasihat dan inspirasi agar tak ada lagi yang menyia-nyiakan cinta. Sebab cinta memang sebuah kata sederhana namun memiliki makna yang dalam. Untuk selanjutnya, biarlah Tiara sendiri yang akan menceritakan kisahnya.
Aku adalah seorang gadis yang lahir di sebuah kampung yang sederhana, namun bagiku dialah kampung terindah di dunia ini. Di kampung inilah aku hidup dan memadu kasih dengan keluargaku tercinta.
Aku lahir pada tahun 1992, sehingga aku masih tergolong anak 90-an. Masa kecilku sebagaimana anak 90-an lainnya. Pada masa itu aku dan teman-teman belum mengenal gadget, sehingga permainan kami sangat sederhana tapi menyehatkan loh. ada lompat karet, Petakumpet, berenang di sungai, dll. Sangat-sangat sederhana dan tidak butuh mengeluarkan uang sepeser pun tapi menyenangkan.
Aku tumbuh dari sebuah keluarga yang sederhana. Kalau diingat-ingat kadang tak terasa bulir-bulir bening akan menetes di kedua pipi saya. Masih sangat teringat jelas di benakku tangisan ibu ketika melihat ada makanan yang basi karena kondisi ekonomi keluarga. Masih teringat jelas juga ketika ibu harus meninggalkan saya, kakak, dan nenek ke sebuah kota untuk mengadu nasib. Meski pun akhirnya ibu harus kembali dengan sebuah kegagalan.
Ketika ditanya siapa orang yang paling beruntung di dunia ini? Maka akapun akan menjawab “aku”. Benar, aku merasa orang yang paling beruntung karena karena dilahirkan dari rahim seorang ibu yang luar biasa. Semoga Allah senantiasa menjaganya. Seorang ibu yang mencintai tanpa mengeluh, ibu yang tidak pernah meminta apa pun dari anak-anaknya kecuali kebahagiaan mereka, ibu yang bijak dan penuh kepercayaan kepada anak-anaknya apa pun jalan yang mereka pilih.
Alhamdulillah, ketika saya duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah pertama Allah mulai memberikan hidayahnya kepadaku melalui perantaraan seorang kakak yang aku pun mendoakannya, semoga Allah senantiasa memberikannya hidah.
Aku adalah seorang gadis yang bureng sekali. Aku bukan anak yang cerdas dan cepat paham terhadap suatu pelajaran, terutama ketika menyangkut ilmu sains. Tapi, aku senantiasa memacu diri untuk belajar agar bisa mendapatkan peringkat pertama di kelas, dengan harapan peringkat ini bisa sedikit menjadi hadiah untuk ibuku tercinta.
Itulah sedikit gambarang tentangku “Tiara”.  Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

__Bersambung__

__Merawat Cinta__ 📝 Nelsi Herman . . . “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seor...